KNOT IN THE NOTE : LESSON #8

Gue nggak mau menulis cerita ini pada awalnya, karena seharusnya apa yang gue tuliskan disini adalah hal-hal yang sudah berakhir, selesai, tidak berkelanjutan dan sukses mengajarkan sesuatu dalam hidup gue. Mungkin sepertinya gue tanpa sadar masih menunggu akhir dari cerita ini, namun entah karena gue yang nggak peka kalau sebenarnya ini sudah berakhir atau memang gue sebenarnya harus menunggu lebih lama. Saat ini gue merasa kalau mungkin sudah waktunya gue menuliskan cerita ini. Here the story goes.

Mungkin sebagian besar orang yang mengenal gue sudah sangat hapal dengan slogan hidup gue 'There's no such thing as coincidence”. Ya, sampai detik ini gue pun masih mempercayai ucapan tersebut, karena percaya atau tidak, semua memang sudah ditakdirkan untuk terjadi dan tidak ada yang terjadi secara 'kebetulan' di dunia ini.

Gue bertemu pria ini di koridor gedung perkuliahan hampir setiap hari. Dia selalu berlalu-lalang di depan gue, sebelum akhirnya berhasil belalu-lalang di dalam pikiran gue. Nope, dia nggak tampan, dia bukan jenis pria yang diidam-idamkan semua gadis, dia lebih memilih memakai jaket hitam kumalnya dimanapun dan kapanpun, dia..... hampir tidak ada orang yang mengenalnya di kampus kecuali teman terdekatnya.

Gue juga nggak mengenalnya sama sekali, bahkan teman-teman gue pun nggak ada yang mengenalnya. Not at all. Waktu itu yang ada di pikiran gue adalah, apakah dia salah satu senior yang sudah bertahun-tahun gagal untuk lulus? Yep, sedikit kejam memang, but I could not help myself, melihatnya hanya sibuk berlalu-lalang di satu ruang laboratorium kampus yang sama setiap hari, kalian juga mungkin akan berpikiran sama dengan gue.

Lama kelamaan berpapasan dengan pria ini menjadi suatu kebiasaan baru buat gue. Di satu koridor yang sama, di depan ruangan yang sama, di rentang waktu yang sama. Melihat wajahnya saat melintas bisa menjadi satu penangkal bosan yang ampuh, mendengar celotehannya dengan teman-temannya bisa menjadi obat kekhawatiran gue sebelum berhadapan dengan kenyataan. Ya, gue menyukai itu semua, singkatnya gue menyukai dia.

Untuk pria yang satu ini sebenarnya gue nggak berniat untuk melanjutkan ke arah manapun, yang gue tau saat itu adalah gue menikmati waktu-waktu gue saat berpapasan dengan dia di koridor kampus. That's all. But then, miracle happened, or.... didn't?

Pria ini, yang gue nggak kenal siapa namanya dan gue nggak tau asal usulnya, secara tiba-tiba muncul dalam bentuk lain di kehidupan gue. Dalam jangka waktu kurang dari 24 jam akhirnya gue bisa mengetahui semua tentang dirinya, namanya, alamat rumahnya, mata kuliah apa yang dia ambil, sampai ke bagian yang paling menyakitkan yang harusnya bisa gue ketahui lebih dulu, bahwa dia sebenarnya mengambil jurusan dan peminatan yang sama dan berada di tahun yang sama dengan gue. It was sucks, I know, and when I thought it could not get any worse, actually it could, karena saat gue akhirnya sadar dan mengetahui semua hal tentang pria ini, ternyata hari kelulusan gue dan dia hanya tinggal menghitung hari.
Gue selalu berpikir sampai detik ini bahwa semua itu nggak adil. Gue nggak seharusnya dipertemukan dengan orang yang toh akan berpisah juga pada akhirnya, dan itu terjadi hanya dalam beberapa hari. Gue nggak pernah merasa se-bodoh itu dalam hidup gue. Sampai saat ini gue masih membayangkan kemungkinan-kemungkinan lain yang terjadi seandainya gue bisa mengenal dia lebih cepat. What if I met him couple of months earlier, what if I knew everything about him since the very beginning? And another tons of what-ifs.

Seperti yang gue bilang, gue nggak mau menulis cerita ini pada awalnya, karena gue merasa belum mendapatkan arti dan pelajaran hidup dari semua ini. Gue merasa masih perlu menunggu sebuah akhir untuk sesuatu yang sudah gue mulai sebelumnya, karena jika kalian berpikir kalau setelah kelulusan itu gue nggak melakukan apapun untuk memperjuangkan dia, maka kalian salah besar. I started something, but I was not sure whether I have finished it or not. So, here I am, still looking for a finish line, because once in a lifetime, you might have this one person who is worth fighting for, melting for, and waiting for.


Comments