Sadarkah kalian kalau sebenarnya apapun yang kita lakukan di dunia ini pasti akan mengantarkan kita ke kejadian baru yang tidak akan pernah kita duga. Semuanya seperti perjudian tanpa batas, namun yang dipertaruhkan disini adalah hidup kita, termasuk didalamnya yaitu pikiran, tenaga, emosi, serta perasaan. Lalu siapa yang menang? Well, tentu saja mereka yang berhasil mendapatkan kebahagiannya masing-masing. Yap, seperti itulah hidup, layaknya perjudian yang akhirnya memojokkan kita ke depan beberapa pilihan untuk ditentukan dan akan membawa kita pada kejadian dan kesempatan baru, atau bahkan pilihan lainnya yang lebih rumit. Bagi gue, hal ini juga berlaku pada pertemuan dan perpisahan.
Bertemu dengan seseorang bisa menjadi salah satu bentuk perjudian dalam hidup. Apa yang dipertaruhkan kali ini? Yah mirip dengan yang gue jelaskan sebelumnya. Namun disini kita juga bisa langsung mendapatkan efek khusus dari pertemuan itu, apakah nantinya pertemuan itu akan memiliki arti tertentu sebagai pelajaran dan kenangan indah, atau hanya sekedar menjadi hiasan tak berarti dari kehidupan seseorang, atau malah menyisakan sakit dan luka yang hanya menyusahkan.
Saat gue bertemu dengan orang baru yang sama sekali belum gue kenal, gue seperti mempertaruhkan sebagian dari emosi, pikiran, dan hati gue untuk orang itu. Seakan-akan cuma dia yang bisa menentukan apa efek yang akan ditimbulkannya dalam hidup gue, dan sedihnya gue selalu memercayai mantra khusus yang berbunyi ‘there is no such thing as coincidence’, sehingga gue selalu menaruh harapan yang tinggi pada semua orang itu. Ya gue naive, gue tau itu. Too brave to gamble. So here goes the story.
Kalian semua pasti punya cinta pertama. You know, jenis cinta-cintaan yang manis banget dan tak terlupakan bahkan sampai kalian dewasa dan berkeluarga (entah berhasil membangun keluarga dengan cinta pertama itu atau bukan). Yap, gue mengalami masa-masa cinta pertama saat mengenakan seragam putih abu-abu gue yang pertama.
Nggak terlalu banyak yang bisa gue ingat dari jaman-jaman itu. Intinya sih gue naksir berat sama salah satu kakak kelas sejak pertama kali gue papasan sama dia di koridor sekolah disaat istirahat. Klise banget emang, tapi ya begitulah. Dan kejadian berikutnya adalah.... gue rasa kalian semua udah tau, ya tentu aja berusaha mencari tau identitas kakak kelas itu dan deketin dia dengan cara apapun. Dulu cara yang gue pakai adalah dengan mengikuti ekstrakurikuler yang sama dengan dia, itu loh kegiatan yang biasanya dilakukan diluar jam sekolah dengan aktivitas yang kadang aneh namun masih masuk kategori mendidik karena embel-embel nama sekolah yang katanya membawahi kegiatan itu. Well, waktu itu gue ikutan ekskul teater, dikarenakan kakak kelas itu juga termasuk didalamnya dan dinilai paling berbakat dalam bidang teater. Namun, gue dan teater itu kayak minyak dan air, nggak akan bisa nyampur. Satu-satunya akting yang bisa gue lakukan adalah membohongi nyokap saat gue flu dan nggak boleh makan es krim sedangkan gue dengan bandelnya tetep mampir ke kedai es depan sekolah. Akhirnya gue dan ekskul teater pun hanya bertahan sekitar setahun, lalu kandas. Rencana pendekatannya pun juga nggak berhasil dikarenakan target yang gue incer udah jarang ikutan kegiatan ekskul yang ada, berhubung dia harus menyiapkan diri untuk ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi. The rest of the story? Well, it is a history. Yang pasti gue banyak melakukan hal-hal bodoh (sekarang kalau diinget lagi sih jadi bodoh banget) yang biasa dilakukan oleh orang yang lagi kasmaran, kayak ninggalin hadiah diam-diam di teras rumahnya, pura-pura pinjam buku, sms salah sambung, dan banyak lagi yang mungkin nggak bisa gue ceritain satu persatu. No, I’m not ashamed of myself, I’m surprised instead, how I could resist loving a guy like that for over 2 years. Yep, 2 tahun gue mengagumi dia dari jauh, melakukan hal-hal bodoh, berusaha ngedeketin dia (dan gagal), dan akhirnya memutuskan untuk move on.
Sebenarnya ceritanya baru mulai pada poin terakhir yang tadi gue sebutkan, saat akhirnya gue memutuskan untuk berhenti menyukai dia dan berusaha move on. Disitulah gue merasakan perjudian hidup, saat gue sudah bertemu dengan seseorang dan menaruh harapan yang tinggi namun hasilnya justru bukan seperti yang gue harapkan. Yah, perjudian ini justru membawa gue bertemu dengan orang baru lainnya yang akhirnya dapat membantu gue untuk menyelesaikan semuanya. It was not kind of a good thing, tho. This new person was kind of my rebound guy and that was not okay. Tapi bukan berarti gue menyesali semuanya, pertemuan gue dengan kakak kelas itu (yang akhirnya sekarang gue beri nama sebagai cinta pertama gue), keputusan gue untuk move on dan menemukan rebound guy yang sungguh terlalu baik untuk dijadikan hanya sekedar itu (and ended up going nowhere with me). Gue bersyukur banget bisa bertemu dengan mereka semua, karena kayaknya kalau nggak ketemu mereka, gue nggak akan bisa melakukan semua hal bodoh yang dilakukan orang kasmaran dan cekikikan sendiri saat mengingatnya sekarang. The point is, indeed there is no such thing as coincidence, gue masih sangat percaya itu. Karena setelah gue berhasil move on dari cinta pertama gue itu, tanpa gue sadari gue bisa mendapatkan hal-hal baru lainnya seperti pengalaman melakukan hal bodoh (ya, gue masih bangga dan nggak bisa berhenti menyebutkan hal ini), dapat pelajaran baru tentang hidup yang kayaknya nggak akan bisa gue dapatkan dari sekedar belajar di sekolah, dan bisa mengenal orang-orang baru lainnya yang nggak pernah gue duga untuk berusaha mendekati dia. Yes, I’m feeling grateful since this meeting was kind of a lesson for me, taught me lots of things, and one of them was included as... how to act as an actress in a theatrical studio. Haha!
Comments