"Kamu manis.. kataku"

Derapan langkah kaki gadis itu samar-samar terdengar di antara lebatnya rerumputan yang tumbuh. Pelan dan pasti, dia terus melangkah menuju tempat favoritnya yang selalu bisa menghiburnya di kala perasaan itu muncul. Perasaan iri dan ingin dicintai.
“Apa aku sejelek itu? Kapan aku bisa seperti mereka? Memiliki orang tua baru dan dapat merasa dicintai,” ucapnya pada bayangan dirinya yang terpantul pada kolam ikan kecil di taman belakang panti asuhan.
Setetes air mata pun perlahan turun membasahi pipinya. Kemudian dengan cepat gadis itu menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya sendiri, namun airmata itu seakan-akan tidak ada habisnya dan terus mengalir membasahi pipinya.
“Nayla? Ternyata kamu disini, daritadi di cari sama Lila tuh,” seorang lelaki menghampiri gadis yang masih duduk termangu sendiri di taman belakang itu. “Dia mau pamitan sebelum pergi katanya.”
Gadis bernama Nayla itu sama sekali tidak mempedulikan ucapan salah satu teman panti-nya dan terus mengunci dirinya dalam kesunyian.
“Kamu kenapa sih Nay? Kamu sedih karena Lila pergi? Kamu... “
“Aku iri, Ren! Aku ingin seperti Lila dan yang lain! Memiliki keluarga baru, disayang, dimanja. Atau memang sepertinya aku tidak pantas menerima hal-hal semacam itu. Aku tidak secantik Lila, tidak secerdas Bimo. Aku rasa aku akan terjebak disini selamanya!” Nayla akhirnya mengeluarkan semua unek-unek yang dirasakannya.
Dengan satu gerakan cepat, Nayla jatuh dalam rengkuhan Rendy. Dengan lembut, lelaki itu membisikkan sesuatu, “Kita semua disini adalah keluarga mu, Nay. Kita semua menyayangi mu. Kamu begitu spesial . Kamu tidak perlu menjadi secantik Lila dan secerdas Bimo. Kamu adalah Nayla, matahari dari panti ini. Tidakkah kamu sadar, bahwa selama ini kamu telah mencerahkan suasana panti dengan kehadiranmu?”
Air mata Nayla perlahan berhenti menetes. Dia pun memandang Rendy lama, seakan-akan ada sesuatu yang salah dengan apa yang telah diucapkan oleh lelaki itu. “Kamu tidak perlu mengatakan semua kebohongan itu hanya untuk menghiburku, kamu tau.”
“Kamu kira aku rela mengucapkan itu semua hanya untuk menghiburmu? Itu kenyataannya, Nay. Bisakah untuk sekali saja kamu mempercayaiku? Mempercayai kita semua yang menyayangimu disini?”
Satu senyum kecil perlahan muncul dari bibir Nayla.
“Dan satu lagi, kamu manis.. kataku!”

Comments