Aku diusir dari negeri Gaussenia dan itu semua karena tingkah laku yang tidak beradab dari pangeran Vertho, well mungkin sebaiknya aku tidak perlu memanggilnya dengan sebutan pangeran, karena sikapnya jauh berbeda dari kedudukannya itu.
Pangeran Vertho adalah putra tunggal dari Raja Andes, sang penguasa negeri Gaussenia. Dia memiliki segalanya. Harta, kepandaian, ketampanan, kekuatan sihir tingkat tinggi dan semua hal yang diinginkannya. Namun sayangnya semua hal itu malah membuatnya menjadi seorang lelaki manja.
“Hei Kinta, kita sedang ada dimana sih?” tanya Pangeran Vertho kebingungan melihat daerah sekitarnya yang terasa asing baginya.
“Ini adalah tempat yang sering disebut sebagai Bumi. Tempat dengan populasi manusia terbanyak dibanding tempat lainnya,” jawabku dengan muka masam.
“Kenapa kita harus kesini?”
“Tidakkah kau ingkat dengan perbuatanmu di Gaussenia kemarin? Kau hampir menghancurkan seluruh istana, karena itulah sekarang kita berada diusir dari Gaussenia dan sialnya aku harus ikut denganmu untuk mengajarkanmu hal-hal tentang sopan santun dan mengubahmu menjadi pangeran yang lebih baik dari sekarang.”
“Ha.. ayahku itu berlebihan sekali. Lalu kapan kita bisa kembali pulang?’ tanya Pangeran Vertho tidak sabar.Saat mantra dirapalkan, kenyataannya tidak ada hal apapun yang terjadi dengan ku maupun Pangeran Vertho sendiri. Sepertinya kekuatannya tidak bisa bekerja di Bumi.
“Tidak tau. Pokoknya ini semua salahmu. Dasar pangeran menyebalkan,” ucapku sebal.
“Hei hei, kau tidak boleh berkata seperti itu dengan calon Raja sepertiku. Lagipula, aku yakin kita bisa kembali dengan kekuatan yang ku miliki. Lihat saja,” ucap Pangeran Vertho langsung bersiap merapal satu mantra. “Andela Gaussenia scelea vertia*.”
=====
Sebelum diusir dari Gaussenia, Raja Andes menginstruksikan-ku untuk pergi ke suatu tempat di Bumi yang sudah dipersiapkan olehnya untuk Pangeran Vertho agar anaknya itu bissa belajar dan mengubah sikap manjanya. Jadilah saat ini aku berada di sebuah tempat kumuh dengan jalanan sempit dan rumah-rumah yang hanya beratapkan papan. Semua ini benar-benar membuatku ragu, mungkinkah Pangeran Vertho bertahan dalam kondisi seperti ini?Begitu masuk ke dalam salah satu rumah yang memang sudah disiapkan untuk kami, dapat ditebak bagaimana kagetnya Pangeran Vertho melihat keadaan disana. Tidak henti-hentinya dia mencaci dan mendecak marah karena ayahnya begitu kejam padanya. Demia seluruh alam Gaussenia, aku benar-benar tidak tahan dengan pangeran manja dan sok berkuasa ini!
====
“Kinta, aku benar-benar tidak dapat tinggal di tempat seperti ini. Sebenarnya apa sih yang dipikirkan oleh ayahku? Keterlaluan sekali!” Pangeran Vertho terus menggerutu saat aku berusaha untuk memejamkan mataku dan mencoba beristirahat.
“Sudahlah, terima saja pangeran. Ini semua kan akibat sikapmu juga. Kau adalah penyebab semua ini.”
“Tapi aku...”
“Ssssttt... aku lelah, aku butuh istirahat. Kau juga sebaiknya tidur dan beristirahatlah. Selamat malam Pangeran Vertho!” ucapku menutup pembicaraan hari itu.
=====
Esok paginya aku berniat untuk langsung menjalankan tugas dari Raja Andes untuk memberikan pelajaran kepada putranya. Karena itulah, sebelum matahari naik dan semakin meninggi, aku mengajak Pangeran Vertho ke suatu tempat yang disebut sebagai ‘pasar’ di Bumi ini.“Astaga Kinta! Kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini? Tidakkah cukup kita tinggal di tempat kumuh? Dan sekarang kau malah membawaku kesini?” ucap Pangeran Vertho gusar saat melihat keadaan pasar yang kotor dan jorok.Demi segalanya yang ada di Gaussenia.... aku benci sekali harus terjebak disini dengan pangeran egois dan menyebalkan seperti Pangeran Vertho. Tidakkah dia tau kalau Bumi ini jauh berbeda dari Gaussenia? Bagaimana jika dia tersesat dan sesuatu yang buruk terjadi padanya? Grindylo... dia benar-benar menyusahkan!
“Ini bisa menjadi awal yang baik untuk mengajarkanmu tentang hidup yang sebenarnya, pangeran.”
“Mengajarkanku akan hal kotor dan jorok maksudmu? Aku tidak butuh semua ini!” ucap Pangeran Vertho emosi dan dengan seenaknya langsung pergi meninggalkanku.
“Hei... Tunngu! Pangeran, kau mau kemana?” panggilku yang sama sekali tidak dihiraukan oleh pangeran manja satu itu, namun malah mengundang perhatian orang sekitar. Oh tidak.
=====
Seharian itu pun aku hanya bisa menunggu Pangeran Vertho di rumah dan berharap dia segera kembali dalam keadaan yang baik. Aku benar-benar khawatir. Tugasku disini kan untuk menjaga dan mengawasinya, namun saat ini Pangeran Vertho malah pergi menghilang sendirian. Benar-benar mengkhawatirkan.Sampai hari menjelang gelap, Pangeran Vertho belum juga kembali. Aku cemas sekali memikirkannya. Akhirnya mau tidak mau, aku pun memutuskan untuk pergi mencarinya. Aku kembali mengunjungi tempat yang tadi aku datangi bersama Pangeran Vertho. Di pasar dan daerah-daerah di sekitarnya, namun hasilnya nihil. Aku sama sekali tidak bisa menemukannya. Kemanakah dia sebenarnya?
Tanpa putus asa, aku terus menyusuri jalan-jalan sekitar sambil terus mencari keberadaan Pangeran Vertho. Walaupun malam semakin gelap dan mencekam, aku terus berusaha untuk bisa menemukan pangeran menyebalkan itu. Disaat sedang sibuk menyusuri pinggiran sebuah rumah kosong, tiba-tiba saja aku mendengar sebuah suara aneh. Otomatis bulu roma-ku pun meremang. Namun sebenarnya suara apakah itu?
Dengan rasa penasaran yang mendalam bercampur dengan rasa takut, akhirnya aku pun memutuskan untuk mengeceknya. Saat aku melihat ke pojokan rumah itu, terlihatlah disasna Pangeran Vertho sedang terduduk lemah di tanah dengan wajah memar dan pelipis berdarah. Grindylo**..!
“Pangeran Vertho! Apa yang telah terjadi? Kenapa bisa menjadi seperti ini?” tanyaku panik sambil berusaha membantunya untuk bangkit.
“Tadi aku bertemu dengan lelaki-lelaki berandalan yang sedang berusaha melakukan hal buruk kepada seorang gadis, aku berusaha menghentikan mereka, namun mereka malah memukuliku,” jawab Pangeran Vertho sambil meringis menahan sakit.
“Ya sudah, ayo kita pulang,” balasku sambil berusaha memapah Pangeran Vertho untuk pulang.
=====
Esok paginya aku terbangun saat matahari sudah meninggi. Aku kesiangan. Mungkin ini akibat kejadian semalam. Yaaah semalaman tadi aku berusaha mengobati luka-luka Pangeran Vertho yang benar-benar mengerikan. Namun pagi ini pangeran menyebalkan itu sudah tidak kelihatan batang hidungnya. Kemana lagi orang itu?“Pagi Kinta!” sapa Pangeran Vertho yang tiba-tiba datang entah darimana.Pagi ini akhirnya bisa dilewai dengan ketenangan dan kedamaian. Sepertinya Pangeran Vertho sudah berhasil mendapatkan pelajarannya dengan baik. Aku harap begitu.
“Pangeran darimana saja? Lukamu kan belum sembuh.”
“Tenanglah, aku hanya pergi untuk membelii sarapan. Anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih-ku karena kau sudah rela mengobatiku dan menjagaku semalam dan hari-hari sebelumnya,” balas Pangeran Vertho sambil memberikan satu bungkusan berisi bubur yang masih terasa hangat ditanganku.
“Terimakasih banyak pangeran.”
=====
Aku berjalan beriringan dengan Pangeran Vertho sambil menikmati udara sore yang sangat menyejukkan. Benar-benar suatu kejadian yang langka bahwa aku bisa akur dan menikmati suasana Bumi ini dengan damai bersama Pangeran Vertho.“Hei cowok sok jagoan! Urusan kita belum selesai kemarin!” ucap seorang lelaki bertubuh kekar dan berwajah garang yang tiba-tiba muncul bersama dengan tiga orang temannya dihadapanku dan Pangeran Vertho.Aku benar-benar terkejut melihat apa yang tiba-tiba terjadi didepanku. Pangeran Vertho dipukuli oleh empat lelaki kekar sekaligus. Ini tidak bisa dibiarkan. Namun, apa yang harus ku lakukan?
“Maaf, tapi aku tidak mempunyai urusan apapun dengan kalian,” balas Pangeran Vertho dengan wajah dingin yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Dia tampak... marah sekaligus takut.
“Sebenarnya ada apa ya ini? Kenapa kalian tiba-tiba berkata seperti tadi?” ucapku berusaha mendapatkan kejelasan dari masalah itu.
“Lo nggak usah ikut campur!” balas lelaki seram itu sambil mendorongku menjauh.
“Hei... tolong jangan kasar ya dengan wanita!” Pangeran Vertho gusar.
“Lo emang benar-benar sok jagoan ya! Ayo hajar!” balas lelaki itu memberikan aba-aba kepada teman-temannya untuk memukuli Pangeran Vertho.
Saat sedang sibuk mencari bantuan, tiba-tiba saja salah satu dari lelaki menyeramkan itu mengeluarkan sebilah pisau dari saku jaketnya. Aku yang melihatnya otomatis menjadi sangat takut. Aku tidak ingin hal buruk apapun terjadi pada Pangeran Vertho. Refleks, aku pun berlari menuju ke hadapan Pangeran Vertho dan memeluknya erat. Aku tidak ingin dia terluka lebih parah. Aku ingin mereka berhenti memukulinya. Namun apa dayaku? Sepertinya keinginanku belum bisa terkabul. Lelaki-lelaki itu masih terus berusaha memukulinya walaupun aku berusaha menghalanginya. Bahkan sebilah pisau yang sempat dipegang oleh salah satu lelaki itu sudah dihunuskan tepat dibagian perut Pangeran Vertho, namun untungnya aku sempat melindunginya dan pisau itu pun sukses menancap di perutku. Yang bisa kulihat saat itu hanyalah wajah tampan Pangeran Vertho yang penuh lebam namun menunjukkan rasa cemas yang mendalam dihadapanku. Tapi itu tidak bertahan lama, karena beberapa saat setelahnya semuanya berubah gelap seiring dengan tubuhku yang jatuh terkulai di tanah.
=====
Seberkas cahaya terang menyilaukan mataku. Perlahan aku pun berusaha membuka mataku melawan cahaya itu dan melihat keadaan disekitarku. Tempat ini... aku sudah sangat familiar sekali dengan bentuknya, aromanya, serta suara bisingnya. Ya, aku sudah kembali ke Gaussenia. Sangat tidak ku sangka. Apakah Pangeran Vertho sudah mendapatkan pelajarannya? Lalu bagaiman keadaannya? Aku sungguh sangat ingin bertemu dengannya.“Kinta... akhirnya kau sadar juga!” ucap seorang lelaki yang sudah kutunggu daritadi. Pangeran Vertho.
“Pangeran.. bagaimana keadaanmu?” tanyaku dengan suara lemah.
“Keadaanku? Masih saja kau sempat menanyakanku dengan kondisimu yang seperti ini?” Pangeran vertho bertanya keheranan. “Lagipula, untuk apa kau peduli padaku Kinta? Bahkan kau melindungiku sampai semuanya menjadi seperti ini. Semua itu tidak seharusnya kau lakukan. Tidakkah kau tau kalau aku mengkhawatirkanmu? Aku belum pernah mengalami hal seperti ini, jadi jangan buat aku merasakan hal ini lagi, mengerti?’
“Iya, pangeran.”
“Oh iya, aku sudah meminta para Terhir*** disini untuk mengerahkan semua kemampuan sihir tingkat tinggi mereka agar kau bisa cepat sembuh dan pulang dari sini. Aku yakin kau sudah bosan tinggal di Kithir****. Pokoknya kau harus segera sembuh.”
“Memangnya kenapa?” tanyaku polos.
“Karena kau adalah cara mia, mi amor*****.”
“Pangeran.. kau?”
“Aku cinta kau, Kinta..”
Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya. Aku tidak menyangka bisa mendengar hal seperti itu dari bibir seorang pangeran seperti Pangeran Vertho. Tanpa sadar bibirku pun menyuarakan hal yang sama dengannya, “Aku juga mencintaimu...”
THE END
keterangan :
*mantra untuk kembali ke negeri Gaussenia secara otomatis saat dirapalkan
**makian dalam bahasa Gaussenia
***sejenis dokter dalam bahasa indonesia namun menggunakan sihir dan mantra
****rumah sakit
*****sayangku, aku cinta padamu
Comments