Cowok itu berjalan dengan gaya super cool dan keren hingga membuat Nesya terbengong-bengong untuk sejenak. Dia adalah salah satu kakak kelasnya yang cukup populer. Nesya mungkin.... mmmm... menyukainya, sama seperti teman-temannya yang lain. Padahal Nesya yakin sekali kalau kakak kelasnya itu tidak akan membalas perasaannya. Sangat menyedihkan.
Kemarin akhirnya dengan sangat terpaksa Nesya pun menerima permintaan Rena untuk membantunya. Jadilah sekarang dia mau nggak mau berjalan dengan sangat canggung sambil memegangi sebuah surat titipan Rena untuk Alvin. Dengan perasaan takut, akhirnya Nesya mencoba mencari sosok kakak kelasnya itu di dalam kerumunan senior-seniornya di kelas itu. Sampai akhirnya tiba-tiba sosok yang dicarinya pun menghampirinya.
“Gosh! Kak Alvin keren banget ya Nes,” ucap Rena yang tiba-tiba muncul saat Alvin lewat begitu saja dihadapan Nesya tadi.
“Hmmm... biasa aja,” balas Nesya berbohong. Padahal dalam hatinya dia sangat mengagumi ketampanan kakak kelasnya itu.
“Whatever deh. Tapi yang pasti gue udah jatuh cinta banget sama dia. Lo pokoknya harus bantu gue, Nes!” ucap Rena bersemangat.
“Bantu apa?”
****
Dengan ragu-ragu Nesya berjalan menuju ke kelas 12 IPS yang merupakan kelas dari seseorang yang ingin ditemuinya saat ini. Alvin.Kemarin akhirnya dengan sangat terpaksa Nesya pun menerima permintaan Rena untuk membantunya. Jadilah sekarang dia mau nggak mau berjalan dengan sangat canggung sambil memegangi sebuah surat titipan Rena untuk Alvin. Dengan perasaan takut, akhirnya Nesya mencoba mencari sosok kakak kelasnya itu di dalam kerumunan senior-seniornya di kelas itu. Sampai akhirnya tiba-tiba sosok yang dicarinya pun menghampirinya.
“Cari siapa?” tanya Alvin yang hampir membuat jantung Nesya copot karena kaget dan senang sekaligus.
“Mmm.... ini lagi... nyari kakak,” jawab Nesya gugup.
“Ada apa?”
“Mau ngasih surat ini,” jawab Nesya sambil menyerahkan sebuah amplop merah.
“Dari siapa?” tanya Alvin heran.
“Baca aja dulu kak,” balas Nesya yang langsung beranjak pergi karena nggak tahan berada dekat dengan kakak kelasnya itu terlalu lama. Nesya benar-benar sangat gugup.Begitu Nesya sudah pergi menghilang, Alvin pun langsung tersenyum senang. Satu lagi cewek yang berhasil takluk dengan pesonanya. Well, Alvin sebenarnya tidak pernah mementingkan hal itu. Walaupun banyak cewek yang suka padanya dan bahkan ada yang sudah menyatakan cintanya, tapi tetap saja Alvin masih menjomblo. Menurutnya hal itu tidak terlalu penting saat ini. Tapi saat memandang surat di tangannya, tiba-tiba saja dia jadi teringat dengan adik kelasnya tadi. Apa mungkin ini saat yang tepat untuk membuka hati bagi Alvin?
****
Hari pun terus berlalu, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda datangnya surat balasan dari Alvin. Rena benar-benar gelisah memikirkannya. Bahkan dia sampai bertanya berkali-kali pada Nesya, apakah suratnya sudah benar-benar diterima oleh Alvin. Nesya pun bosan menjawabnya. Namun, tiba-tiba saja seperti sebuah keajaiban, orang yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya menghampiri Nesya.“Pulang sekolah tunggu gue di parkiran, oke?” bisik Alvin singkat tepat di depan wajah Nesya. Gadis itu pun hampir pingsan dibuatnya. Benar-benar deh.
“O..oke kak.”Dengan sigap akhirnya Nesya langsung memberitahu Rena tentang ini. Saat mendengar berita dari Nesya, temannya yang satu itu menjadi sangat senang dan bersemangat menunggu bel pulang berbunyi. Rena benar-benar sudah menunggu waktu-waktu seperti ini dari dulu.
****
Sepulang sekolah Rena langsung menuju ke parkiran sekolah sesuai dengan ucapan Alvin pada Nesya tadi. Namun, semua perasaan senangnya hilang saat mengetahui kalau sebenarnya Alvin tidak menunggunya.“Lo Rena? Yakin nih?” tanya Alvin sambil terus memandangi Rena dari atas ke bawah.
“Iya kak, kenapa?”
“Kok beda sih? Yang ngasih surat ke gue waktu itu kayaknya bukan lo deh,” ucap Alvin bingung.
“Ohh.. itu temenku kak.”
“Siapa namanya?”
“Nesya,” jawab Rena dengan wajah bingung. Kenapa Alvin malah menanyakan Nesya?
“Ohh.. oke. Makasih ya,” balas Alvin santai dan langsung beranjak pergi meninggalkan Rena yang kecewa.Esoknya, tanpa ragu Alvin langsung menghampiri Nesya yang baru saja melangkah masuk melewati gerbang sekolah. Gadis itu kaget saat melihat kakak kelasnya sudah berdiri tegak di depannya dan menatapnya dengan tajam.
“Surat itu bukan dari lo,” ucap Alvin to the point.
“Memang bukan, itu...mmm... dari temenku kak,” balas Nesya gugup seperti biasa. “Ada apa?”
“Gue suka sama lo. Jadi pacar gue ya Nesya?” ucap Alvin yang sukses bikin jantung Nesya hampir berhenti berdetak karena terlalu kaget mendengar ucapan kakak kelasnya.
“Tapi kak... aku...”
“Kalau lo belum bisa jawab sekarang, pulang sekolah tunggu gue di halaman belakang. Siapin jawaban terbaik lo,” ucap Alvin sambil tersenyum lembut membuat semua syaraf di tubuh Nesya berhenti bekerja sehingga gadis itu hanya bisa memandangi Alvin sambil terdiam, sampai akhirnya cowok itu beranjak pergi.Nesya masih terus bengong dan berdiri diam di tempatnya. Dia benar-benar masih sangat kaget dengan apa yang baru saja terjadi dengannya. Dia tidak pernah menyangka kalau kakak kelasnya akan mengatakan satu hal yang sudah diidam-idamkannya selama ini, tapi hanya disimpannya dalam hati. Di sisi lain, Nesya juga merasa bersalah terhadap Rena. Dia sangat beharap Rena tidak mengetahui hal ini. Namun ternyata pikirannya salah. Rena sudah menyaksikannya sejak awal dan sekarang Rena siap menginterogasi Nesya atas kejadian tadi.
****
Pulang sekolah sesuai pesan Alvin, Nesya pun pergi menuju ke halaman belakang. Dia benar-benar merasa sangat gugup. Jantungnya berdetak seribu kali lebih cepat dari biasanya dan tangannya mengeluarkan keringat dingin yang benar-benar berbeda dari biasanya. Lalu saat sampai di halaman belakang, terlihatlah sosok sang senior sedang berdiri dengan gaya super kerennya yang biasa. Alvin. Melihatnya membuat Nesya makin gugup. Apa yang harus dia katakan pada kakak kelasnya ini? Nesya nggak mungkin bisa menerima Alvin menjadi pacarnya, bagaimana perasaan Rena nanti? Mungkin Nesya harus menolak Alvin, ya demi kebaikan Rena –sahabatnya.“Jadi lo nggak punya perasaan yang sama dengan gue?” tanya Alvin terlihat kecewa.
“Maaf kak,” balas Nesya sambil menunduk takut sekaligus sedih.
“Oke, no problem. Thanks!” ucap Alvin yang langsung pergi meninggalkan Nesya sendirian dalam kesedihan dan juga kekecewaan. Apakah tindakannya ini benar? Nesya bingung sekali, dia sudah nggak bisa memikirkan apapun lagi selain kekecawaan yang tadi terpancar sangat jelas pada wajah seniornya itu. Nesya jadi ikut sedih dibuatnya.
“Nes, lo tuh bego atau apa? Lo baru aja mematahkan hati salah satu cowok terpopuler di sekolah kita!” ucap Rena yang tiba-tiba muncul dan berdiri dibelakang Nesya yang masih tertunduk sedih.
“Rena? Lo daritadi ngikutin gue ya?”
“Iyalah! Gue mau memastikan lo nggak melakukan hal bodoh, tapi kayaknya gue telat. Lagian lo kenapa bisa nolak kak Alvin sih? Kurang apa coba dia?” ucap Rena panjang lebar dengan semangat.
“Gue... gue cuma nggak mau bikin lo sedih nantinya, Ren.”
“Apaan sih Nes? Sedih kenapa? Karena gue naksir kak Alvin gitu? Ya udahlah, gue cuma sebatas suka aja kok. Kalau akhirnya kak Alvin dan lo pacaran ya itu namanya takdir kan? Gue malah seneng banget kalau sahabat gue yang satu ini bisa jadian dengan cowok terpopuler kayak kak Alvin gitu,” ucapan Rena sukses membuat Nesya bengong dan kaget.
“Lo...serius Ren?” tanya Nesya masih nggak yakin. “Lo bukannya cinta mati sama kak Alvin?”
“Hahaha jangan berlebihan lah Nes. Udah mending lo kejar kak Alvin sana, trus lo bilang yang sebenarnya tentang perasaan lo. Tenang aja, gue nggak apa-apa kok. Gue malah mendukung banget! Ayo sana!” balas Rena sambil mendorong Nesya untuk mengejar kak Alvin.
“Makasih banyak ya Ren!” ucap Nesya senang dan langsung pergi menuju parkiran dimana dia mungkin saja bisa menemukan sosok senior kerennya itu.Dengan semangat Nesya menyusuri parkiran sekolahnya, namun hasilnya nihil. Dia nggak bisa menemukan sosok orang yang dicarinya. Apakah mungkin seniornya itu udah pulang? Motornya juga sama sekali nggak keliatan keberadaannya. Nesya akhirnya langsung lemas kembali. Semua semangatnya menguap. Namun, tiba-tiba seperti sebuah keajaiaban, Alvin muncul sambil mengendarai motornya dan bersiap akan pulang.
“Kak tunggu dulu, aku mau minta maaf,” ucap Nesya mencoba menghentikan Alvin dengan menahan motornya.
“Belum lebaran, nggak perlu minta maaf,” balas Alvin dingin.
“Kak maaf banget, aku.. tadi sebenarnya nggak jujur sama kakak. Maaf kak.”
“Jadi lo mempermainkan gue, gitu?”
“Bukan gitu kak, cuma...please dengerin aku dulu. sebenarnya aku juga udah suka sama kakak sejak lama, tapi ternyata sahabat akau juga suka sama kakak, makanya aku menolak kakak karena dia tadi. Tapi ternyata dia udah ngerelain kakak sekarang dan nyuruh aku untuk jujur ke kakak. Maaf kak,” jelas Nesya panjang lebar.
“Lo... serius? Ini beneran?”
“Iya kak. Serius. Maaf ya..”
“Coba ulangin lagi,” balas Alvin usil.
“Aku..sebenarnya juga suka sama kakak..”
“Jadi, kita pacaran ya?” ucap Alvin dengan senyuman lebar merekah di wajahnya.
“Mmmm.. iya,” jawab Nesya malu-malu.
“Thanks Nesya,” balas Alvin yang langsung menarik Nesya ke dalam pelukan hangatnya.
-THE END-
Comments